Ihsanul 'Amal

PENJELASAN SLIDE YANG PERTAMA : 
Sebagai hamba Allah, ketika kita ditanya : Apakah anda menginginkan surga??? Untuk mendapatkan surga à tidak mudah, butuh pengorbanan, karena jalan menuju kesana banyak ujiannya/tantangannya.
(Jalan menuju) surga diliputi dengan segala hal yang tidak menyenangkan dan (jalan menuju) neraka diliputi dengan syahwat. (HR. al-Bukhari dan muslim) Apa yang dinilai Allah?? AMAL KITA. Dimana ? didunia Amal yang seperti apa yang diterima Allah? à pasti amal yang terbaik (Ihsanul Amal)
Mengapa? Allah berfirman : 

LANJUT KE SLIDE 2 :
Sekali lagi amal yang seperti apa: Amal yang terbaik. Materi ini mengapa perlu kita bahas : karena ada Sabda Rasul : Dalam sebuah hadits dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak. Bahkan, Rasul menyebutkan kebaikan itu bagaikan sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah SWT tak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tak berbobot, seperti debu yang beterbangan. 

Rasulullah saw. Bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad) 

LANJUT Ke SLIDE 3 :
Untuk itu apa yang harus qt lakukan???
Dan aktivitas/amal yang bagaimana agar diterima Allah?? Yang nantinya kita mendapatkan SURGA. Ingat Hidup kita di dunia à yang menentukan kebahagian kita di Akhirat. Ibarat Kuliah : yang menentukan lulus tidaknya kita adalah waktu kita dibangku kuliah. Betul ga? 

LANJUT ke SLIDE 4 :
Syaratnya mudah : hanya ada 2. Niat Ikhlas dan Sesuai Syariat (benar) 
Hal ini disampaikan oleh serorang Ulama yaitu imam Fudlail bin ‘Iyadl ketika menjelaskan firman Allah:
“…agar Dia menguji kamu siapa diantara kalian yang terbaik amalnya.” (Qs. al-Mulk [67]: 2).

Mengatakan: “Yang terbaik amalnya adalah yang terikhlas dan terbenar amalnya”. Ketika ditanya:”Wahai Abu Ali apa yang terikhlas dan terbenar?” Dia menjawab:”Sesungguhnya amal yang benar tetapi tidak dilakukan dengan ikhlas, tidak akan diterima. Dan jika dilakukan dengan ikhlas tapi tidak dengan cara yang benar juga tidak diterima. Amal itu hanya bisa diterima kalai ikhlas dan benar. Ikhlas hanya terwujud jika amal itu dilakukan hanya karena Allah. Dan Amal yang benar hanya bisa dicapai dengan mengikuti sunnah Nabi SAW”

LANJUT ke SLIDE 5 :
Ikhlas : Niat karena Allah. Mengapa :
Niat adalah faktor yang menentukan nilai suatu perbuatan. Baik dan buruknya nilai suatu perbuatan tergantung pada niat pelakunya. Bahkan, perbuatan bisa tidak bernilai sama sekali jika tidak didahului oleh niat


LANJUT ke SLIDE 6 :
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya segala perbuatan itu dinilai berdasarkan niatnya dan setiap orang akan memperoleh apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah menuju Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya benar-benar menuju Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang berhijrah karena kehidupan dunia yang ingin diperolehnya atau perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya akan sampai kepada segala yang menjadi tujuannya.

Dan bahkan hanya karena niat saja : kita niat saja, itu sudah bernilai pahala. ''Sesungguhnya Allah telah menentukan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Maka barang siapa yang berniat melakukan kebaikan tetapi tidak melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya kebaikan yang sempurna. Dan jika ia melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya sepuluh kebaikan sampai dengan tujuh ratus kali lipat. Dan barang siapa yang berniat melakukan keburukan tetapi tidak melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya kebaikan yang sempurna. Dan jika ia melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya satu keburukan.'' (HR Bukhari).

Orang yang ikhlas itu tidak dapat di sesatkan oleh Iblis. Iblis berkata: “demi kemuliaanMu, aku pasti akan menyesatkan mereka (anak2 adam) semuanya, kecuali hamba2Mu yang dari kalangan Al Mukhlishin diantara mereka “ (qs Shad: 82-83
Contoh perbuatan yang tidak ikhlas : 
Lala (bukan nama sebenarnya), mahasiswi yang cantik, ramah, dan supel. Ia selalu berpenampilan modis dan seksi. Banyak mahasiswa yang jatuh cinta kepadanya. Tiba-tiba, pada hari itu terjadi perubahan yang sangat mengejutkan seluruh teman-teman dan warga kampusnya. Lala menanggalkan semua baju-baju seksinya. Sebagai gantinya, ia memakai baju yang menutup rapat seluruh auratnya. Ia tampil kalem. Kampus pun menjadi geger. “Lala berjilbab”, begitu ucapan orang-orang yang melihatnya. Tidak diketahui, berapa banyak mahasiswa yang kecewa karena tidak lagi mempunyai kesempatan melihat body Lala yang seksi. Orang-orang terkejut, namun tidak semua orang mengetahui alasan Lala mengubah penampilannya itu. Selama satu minggu itu, Lala menjadi bahan pertanyaan warga kampus yang terheran-heran dengan perubahan sikapnya.
Bukan Lala jika tidak membuat geger. Hari ini, tepat satu minggu setelah ia berkerudung. Ia mendadak membuat sensasi lagi. Ia tanggalkan baju muslimahnya. Ia ganti dengan baju-bajunya yang seksi. Lagi-lagi, warga kampus dibuat bingung dengan ulahnya.
Selidik punya selidik, ternyata ada alasan dibalik kejadian ini. Lala memutuskan memakai kerudung karena simpati pada seorang muslimah yang berjilbab. Dalam pandangannya, wanita yang berjilbab itu tampak anggun, tenang, dan nyaman dipandang. Terpanggillah hati Lala untuk mengikuti jejak mulia wanita itu. Tanpa berpikir panjang, ia segera membeli kerudung dan mencari pakaian yang agak longgar. Ucapan selamat pun disampaikan kepadanya. 
Lantas, mengapa ia melepas kembali kerudungnya selang seminggu kemudian? Ternyata, Lala tidak mendapatkan hal yang ia kira. Ia tidak mendapatkan ketenangan dan rasa aman, tetapi justru kalimat negatif yang diterimanya. Banyak orang mengatakan kalau Lala kelihatan tua dengan baju muslimah itu. Lala lebih cantik jika seperti dulu, menampilkan rambut indahnya yang hitam panjang. Bahkan, ada orang yang mengatakan Lala kuno dan tidak gaul. Lala tidak tahan mendengar cemoohan itu. Pendiriannya menjadi goyah. Akhirnya, ia tanggalkan baju muslimahnya.
Semua perbuatan kita niatkan itu hanya karena Allah, hanya mengharapkan keridloanNya. Bukan karena ingin dipuji manusia atau sekedar mengikuti mode. Berbeda niat, berbeda pula hasilnya. Apabila niat Lala lurus karena Allah, tentu ia akan lebih tegar walaupun dicemooh. Akan tetapi, karena niatnya adalah karena ingin anggun, maka ketika keanggunan itu tidak dikatakan oleh orang lain, ia langsung goyah. Kalau saja Lala niatkan berjilbab itu ikhlas karena Allah semata-mata untuk mendapatkan ridoNya maka Lala pasti kuat menghadapi semua ketidaknyamanan yang dia dapatkan selama berjilbab. Bukankah Allah telah berjanji pada hambaNya… “Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya, nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia mengingatiKu dalam suatu kaum, nescaya Aku juga akan mengingatinya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan seperti biasa, nescaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan berlari-lari “.
Allah pasti akan menolong hambaNya yang telah rela dan ikhlas menjalankan syariatNya InsyaAllah jika kita berbuat diniatkan ikhlas karena Allah, tidak mengharap pujian manusia maka kita akan kuat menghadapi setiap masalah yang dihadapi dan menganggap masalah itu sebagai ujian hidup yang harus dilalui dengan sabar.
Gambaran ikhlas itu seperti : 
Ibarat seekor semut hitam yang berjalan di atas batu sungai berwarna hitam disebuah kamar yang bercat hitam dan gelap. Ada tapi tiada, artinya betul betul menyatu, murni, begitu juga dengan ikhlas. Kemurnian dari sebuah penghambaan kepada Allah, tanpa terkena intervensi dari hal-hal lain. 
Imam Abi Al Qasimy Al Qusyairiy mengatakan: “Ikhlas adalah menjadikan tujuan taat satu-satunya hanyalah kepada Allah SWT Yang Maha Benar. Artinya, yang ia inginkan dalam ketaatannya hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan yang lain, seperti mengambil hati kepada makhluq, mencari pujian orang-orang, senang dipuji oleh makhluq dan lain-lain”. 

LANJUT ke SLIDE 7 : à langsung


LANJUT ke SLIDE 8 -11: tapi sambil dengan perkataan yang menegaskan dan menggugah

Jadi , Kriteria Ikhlas :
(1) Tidak pernah meminta pujian dari manusia
(2) Apa yang dilakukan hanya untuk Allah SWT, dalam kondisi sendirian ataupun banyak orang
Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan maksiat kita, adalah ujian yang akan membuktikan kualitas iman. Di sinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati. Dalam suasana yang tak diketahui oleh orang lain, akan terlihat apakah seseorang itu imannya betul-betul tulus atau tidak. 
Inilah yang digambarkan oleh Rasulullah ketika dia diminta menggambarkan apa itu ihsan, "Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya yakinilah bahwa Ia melihatmu."
(3) Rasa tunduk kepada kebenaran. 
(4) Tidak marah kalau mendapat cacian, kritikan. Mau menerima nasihat walaupun dari orang yang tidak setara dengannya 
(5) Optimal, sungguh-sungguh


Orang iklas mampu Menghadapi Masalah dan ujian Hidup dari Allah
Seringkali kita dihadapkan dalam peliknya permasalahan hidup, hingga membuat kita sulit untuk bergerak, sulit untuk berfikir, bahkan tak sedikit yang memutuskan untuk menyerah kalah dan mengakhiri hidupnya secara cepat. Hanya orang yang bisa Ikhlas lah yang bisa menghadapi masalah seberat apapun.

Bisa ke contoh2....
Kita tidak perlu minder dan takut, malu, saat kita menjadi seorang muslim yang taat. Yang lain nonton koser, kita tidak. Malah ngaji. Mungkin ada yang menyatakan sok alim lho.., dll. Insyallah dengan bekal yang ikhlas, kita akan bisa istiqomah.

LANJUT ke SLIDE 12 : 
Kedua, cara yang benar. Niat yang benar harus disertai cara melakukan perbuatan secara benar.
Maksud benar adalah sesuai syariat Allah. Niat benar tetapi cara salah, maka amal itu pasti ditolak Allah. Misalnya, ada seorang ayah yang ingin menafkahi keluarganya. Ini niat yang benar. Akan tetapi, jika ia mencari nafkah dengan berjudi, ia akan berdosa. 

Contoh Lain : ingin IP Tinggi, berharap agar ortu senang (niatnya bagus), tapi di peroleh dengan cara yang salah(haram). Manipulasi ijazah, mencontek, dll.

LANJUT ke SLIDE 13-14 : 
Dalam hadits lain juga ditegaskan :

— مَن جَمَعَ مَالاً مِنْ حَرَامٍ ثُمَّ تَصَدَّقَ بِهِ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ وَ كَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ 
— Barangsiapa yang mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak menmperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al Hakim)


Jadi, kesimpulannya : sesuai dengan apa yang disampaikan Sa’id bin Zubair: 
“Tidak diterima suatu perkataan melainkan diiringi amal, dan tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai dengan niat, dan tidak akan diterima perkataan, amal dan niat kecuali disesuaikan dengan sunnah Nabi SAW” 

Penghalang2 kebenaran : Katakanlah, “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahaka, perniagaan yang kamu usahakan,perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihat di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”Dan Allah tidak memberi petunjuk kapada orang-orang fasiq” (TQS. At-Taubah(9):24)

LANJUT ke SLIDE 15:
Kalo bisa antum kasih contoh2 sesuai yang dihadapi mad’u :
· Tidak Ikhlas +Tidak Benar : 
· Ikhlas +Tidak Benar :
· Tidak Ikhlas +Tidak :

Makanya, umar bin Khattab selalu berdoa : 
“Ya allah, jadikanlah perbuatanku semua benar dan jadikanlah amalku itu ikhlas karena-Mu semata. Dan janganlah Engkau jadikan amalku sama sekali karena dipuji orang lain”
Dengan demikian, ketika hendak melakukan sesuatu, seharusnya kita mencari tahu terlebih dahulu apakah perbuatan yang akan kita lakukan itu sesuai syariat Islam. Proses mancari tahu ini bukan perkara yang sederhana. Dibutuhkan pengetahuan tentang ajaran agama Islam. Oleh karena itu, kita setiap muslim harus meluangkan waktunya untuk belajar tsaqofah Islam (ilmu pengetahuan Islam). Berbagai cara dan sarana bisa dipakai. Misalnya, membaca buku, majalah, situs internet (misalnya Syariah Publications – red), mendengarkan ceramah agama di radio, televisi, mengikuti forum pengajian, dan lain sebagainya. Sesibuk apapun seseorang, ia harus belajar Islam. InsyaAllah dengan bekal ilmu agama yang kita miliki, kita tidak akan tersesat dalam bertindak…

82. Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan mereka semuanya,
83. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304].

[1304] yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang Telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.
Posting Komentar

Posting Komentar