Barat Menjadikan Pemuda Indonesia Bermental Inlander

Dr Ichsanuddin Noorsy (Pengamat Kebijakan Publik)

Bagaimana kontribusi umat Islam terhadap tegaknya NKRI ?

Kontribusi umat Islam dalam kemerdekaan sangatlah besar. Sejak dari berdirinya SDI (Syarikat Dagang Islam) akhirnya menjadi SI (Syarikat Islam), semuanya itu akan dicoba untuk dihapuskan dalam catatan sejarah. Konsep UUD 1945, sebanyak 80 persen berasal dari para pemimpin Islam waktu itu, seperti dalam Mukadimah dan Batang Tubuh UUD 1945, dimana selalu menggunakan referensi Alquran dan Al Hadis. 

Semua peran umat Islam itu mau dicabut dari sejarah dengan cara menjungkir-balikkan konstitusi melalui dunia pendidikan. Barat telah memberi beasiswa kepada para pemuda Indonesia yang pandai untuk belajar di Barat untuk dicuci otaknya di sana, sehingga mereka menjadi asing dengan bangsanya sendiri. Sikap mereka itu menjadikannya inlander bahkan mengindap penyakit kekerasan simbolik (symbolic torture).

Memang mereka tidak pernah mengalami kekerasan dalam pemikiran, tetapi sesungguhnya mereka telah dipaksa oleh sebuah sistem pendidikan untuk menerima pemikiran lain di luar keberadaannya. Mereka telah dipaksa dengan cara kekerasan, itulahsymbolic torture. 

Selain itu juga adanya penyakit misleading simplification atau penyederhanaan yang menyesatkan. Sikap inlander tumbuh dari kedua penyakit tersebut. Dalam kasus penyadapan ini, Australia sangatlah arogan, sementara sikap pemerintah Indonesia tidak memberi manfaat untuk membangkitkan harkat dan martabat bangsa dan negara. Sikap macam ini saya kira sia-sia, sebab para pemimpin bangsa telah mengidap kedua sikap itu plus Stockholm syndrome.

Bagaimana pola penyusupan Barat ke Indonesia ?

Penyusupan Barat ke Indonesia bisa melalui pendidikan, kebijakan, pinjaman dan pemantauan. Hal ini berkaitan dengan lolosnya UU yang merugikan bangsa Indonesia seperti UU Migas, UU BI, UU Perbankan, UU Lalu Lintas Devisa, UU PMA dan sebagainya. 

Penyusupan sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1956 dimana UI bekerjasama dengan Universitas Barkeley dalam menyusun kurikulum FE di seluruh Indonesia yang kemudian dikenal dengan Mafia Barkeley. Maka FE di Indonesia tidak mengenal adanya ekonomi konstitusi dengan baik. 

Penyusupan berlanjut ke politik, ekonomi, pendidikan, hukum sampai berhasil menjatuhkan Sukarno dari kekuasaannya. Sekarang hasilnya hampir semua institusi negara seperti DPR, MPR, DPD, Presiden, MK, MA, KY saling tidak percaya satu sama lain. Itulah keberhasilan dari penyusupan intelijen Barat ke Indonesia. 

Bagaimana dengan Capres 2014, apakah mereka juga disusupi Barat ?

Siapapun presidennya pada tahun 2014 nanti, sesungguhnya Indonesia tidak terlepas dari penjajahan neo liberal dan terkena ketiga penyakit tersebut. AS tetap berkepentingan agar Indonesia terus berkiblat kepadanya. Indonesia tidak mungkin lepas dari sistem yang dibangun AS kecuali para pemimpin kita nantinya sadar untuk kembali ke konstitusi. 

Pada agen Barat sudah bekerja sejak tahun 2012 lalu bekerja keras untuk mempopulerkan siapa tokoh yang mereka usung sebagai Capres 2014 agar dipilih rakyat menjadi Presiden. Mereka selalu memasarkan sang tokoh melalui lembaga survei untuk meyakinkan masyakarat. Bahkan mereka telah masuk sampai level Bupati, Walikota dan Gubernur agar mereka juga pro Barat, sehingga dominasi kulit putih di Indonesia tetap berlangsung. [HABIS] [Abdul Halim]

[suaraislam.com/gerilya-dakwah.blogspot.com]
Posting Komentar

Posting Komentar