Hikayat Tentang Menyampaikan Kebenaran

Pendakwah adalah penyeru kepada yang makruf, pencegah dari yang mungkar, pengkritik yang zhalim, penasehat yang lalai, dan hamba yangsenantiasa mencari ridho Allah SWT. 
Kebenaran yang meski disampaikan harus senantiasa disampaikan dengan benar. Bukan dengan maksud jahat atau untukberbangga diri, tiada melihat ia kaya ataupun miskin,dan tidaklah lembek kepadapenguasa ataupun kecut pada para bangsawan. Ia adalah pedang yang terusterhunus, micropon yang selalu On, dan perumpamaan kaki tangan Nabi dan RasulAllah. Pendakwah adalah ciri dari umat yang terbaik ([3]: 110) , musuh berat sangwaktu (103:1-3), dan pemilik keberuntungan(3:104).maka kali ini akan akukisahkah hikayat orang alim bahari yang menginpirasi pendakwah jaman ini.

Baiklah, Suatu malam Amirul Mukminin, Harun Ar Rasyid,menemui Al Fadlil bin Rabi’ untuk menemui seorang ulama besar, Al Fadlil binIyadh. Ketika tiba di rumah sang Ulama, mereka mendapatinya sedang shalatdengan membaca surat Al Jatsiyah. Seusai shalat, Amirul Mukminin dan Al Fadlilbin Rabi’ mengetuk pintu sang ulama. Kemudian Al Fadlil membukakan pintu lalumenhilang dalam kegelapan ruangan yang tidak berlampu. Tiba-tiba tangan ArRasyid menyentuh tangan Al Fadlil bin Iyadh. Terdengarlah sang ulama, “Celakaaku, tanganku disentuh oleh tangan yang berlumuran dosa.”

“Astaghfirullah, Khalifah datang dengan hati yang bersih,dia ingin meminta nasihat dari orang yang juga hatinya bersih,” seru Al Fadlilbin Rabi’.

Ar Rasyid kemudian berkata, “Kedatanganku dengan niatyang baik, semoga Allah memberkati kedatanganku ini.”

Al Fadlil bin Iyadh berkata, “Tidak. Hati tuan belumlahbersih. Tuan telah banyak berbuat dosa terhadap rakyat, bahkan dosa keluargadan para pegawaimu juga menimpa diri tuan. Tuan telah memanjakan mreka dengansegala kemewahan, sehingga mereka bebas berbuat sesuatu sesuai dengan hawanafsunya. Ketahilah, bahwa kelak mereka akan meninggalkanmu saat hariperhitungan di hadapan Allah. Contohlah Umar bin Abdul Aziz, ketika diadiangkat menjadi khalifah, dia memanggil tiga umalam besar, yaitu Salim binAbdullah, Muhammad bin Ka’ab, dan Raja’ bin Hayat. Kepada mereka Umar berkata:“Aku ditimpa musibah besar, karena ku sudah ceroboh menerima jabatan khalifahini. Aku mohon kepada kalian bertiga untuk dapat memberikan nasihat, saran danpetunjuk.” Ambillah pelajaran dari kisah tersebut. Umar menganggap jabatankhalifah itu sebagai musibah atas dirinya. Tetapi sebaliknya engkau menganggapjabatan itu sebagai kepuasan bagi dirimu. Coba simak apa yang dikatakan Umarbin Abdul Aziz, “Hai Umar, bila engkau ingin menyelamatkan dirimu dari azabAllah, kekanglah hawa nafsumu dari kemewahan dunia. Jadikanlah kematianmu yangpaling indah yang pernah disebut orang dibelakangmu.”
“Hai Umar, bila engkau ingin selamat dari siksa Allah dihari kemudian, hendaklah engkau menghormati orang tua sebagai ayahmu sendiri,menghargai orang yang sebaya denganmu sebagai saudaramu sendiri dan menyayangianak kecil seperti anakmu sendiri. Maka berbaktilah kepada ayahmu, berlakuadillah terhadap saudara-saudaramu dan sayangilah anak-anakmu.”
“Hai Umar, bila engkau ingin selamat dari siksaan Allahbaik di dunia maupun di akhirat, maka cintailah sesama Muslim sebagaimanaengkau mencintai dirimu sendiri, dan selamatkanlah mereka sebagaimana engkaumenyelamatkan dirimu. Kemudian bersiap-siaplah engkau untuk menerima ajal.”
Al Fadlil melanjutkan, “Sungguh saya sangat mengkhawatirkan keselamatan tuan. Di akhir nantituan tergelincir ke dalam api jahannam.”

Khalifah serta merta menagis mendengar kata-katatersebut. Jubahnya basah dengan air mata. Melihat keadaan yang memilukan itu,Al Fadlil bin Rabi’ menyarankan agar Bin Iyadh memperlunak pembicaraannya.Namun, Bin Iyadh membentak dengan mengatakan bahwa apa yang dia katakanbukanlah kekerasan. Akan tetapi justru itulah yang akan menyadarkan Khalifahtentang tanggung jawab terhadap umat.

Dengan nada yang tegas, Bin Iyadh meneruskan nasihatnya, “Hai orang yang berwajah ganteng! (ArRasyid memang berwajah ganteng dan putih). Engkaulah yang akan dimintaipertanggungjawaban oleh Allah Yang Mahakuasa di hari kiamat kelak. Apakahengkau mampu menyelamatkan wajahmu itu? Ingatlah, mulai hari ini bersihkanlahhatimu dari kecurangan dan penipuan terhadap rakyat! Rasulullah pernahbersabda: “Barang siapa pada esok harinya masih terdapat kecurangan di dalamhatinya, orang tersebut tidak akan dapat mencium baunya jannah”

Sesaat itu juga Ar Rasyid semakin larut dalamtangisannya, menyadari segala kesalahan yang pernah dia lakukan selama ini.

Kawanku, ketegasan dan sikap terus terang dari seorangulama besar Al Fadil Bin Iyadh. Sebuah sikap yang pengemban dakwah Islam. Sikapdengan penuh keyakinan dan keberanian. Tanpa memandang apakah dakwah yangdibawa akan diterima, ditolak atau bahkan dimusuhi oleh masyarakat. Selama ituadalah sebuah kebenaran bukan sebuah halangan untuk kita menyampaikannya.Adapun ujian yang kelak akan dihadapi adalah sebuah bukti kasih sayang Allahuntuk mengetahui siapa saja yang sabar dan siapa yang berpaling. Sungguh AllahSWT telah berfirman: “Hai jiwa yangtenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloiNya. Makamasuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam syurgaKu.” (TQSAl Fajr [89]: 27-30)

Kawanku, Dakwah sesungguhnya merupakan misi yang begitumulia. Karena ia berfungsi untuk membebaskan akal manusia dari kesesatan,meluruskan keraguan serta membersihkan jiwa manusia dari seruan nafsu danbelenggu syahwat. Dakwah juga berfungsi untuk menggiring manusia ke dalamkeimanan yang lurus kepada Allah SWT serta keterikatan hanya kepada manhaj-Nya.Dengan kata lain, dakwah pada dasarnya merupakan misi untuk menegakkankehidupan berdasarkan asas pengabdian (‘ibadah) hanya kepada Allah SWT sematadan pemurnian agama hanya untuk Allah. 

Kawanku, Untuk itulah dalam mengemban dakwah tidaklahcukup berbekal keberanian dan tekad yang kuat. Akan tetapi dakwah jugamemerlukan sikap terus terang dan keberanian, kekuatan dan pemikiran dalammenentang setiap perkara yang bertentangan dengan fikroh maupun thoriqoh Islam.Selain itu, kesabaran dan kejernihan berfikir menjadi sesuatu yang harusdimiliki oleh setiap para pengemban dakwah.
“sampaikanlah islam dengan Hikmah, namunHikmah bukan berarti lembek apalagi tumpul menyampaikannya”
Posting Komentar

Posting Komentar