Negeri Keabadian yang Terlupakan

Negeri Keabadian yang Terlupakan
Ilustrasi Negeri Keabadian yang Terlupakan
Dunia itu fana, akhirat itu abadi. Dunia itu sementara, akhirat itu selama-lamanya. Dunia itu fatamorgana, akhirat itulah yang sebenarnya. Dunia itu mimpi, akhirat itulah realitas sebenarnya. Demikian seterusnya. Ungkapan-ungkapan senada pasti sudah sering kita dengar. Sayangnya, sesering kita mendengar ungkapan-ungkapan tersebut, sesering itu pula kita acapkali melupakannya. Buktinya banyak sekali. Banyak Muslim bekerja keras sekadar untuk mencari harta demi sebesar-sebarnya bekal di kehidupan di dunia yang fana ini saja, sementara mereka sering berleha-leha menyiapkan akan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat nanti. Banyak Muslim yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk mencari kebahagiaan di kehidupan dunia yang sementara ini, sedangkan mereka sedikit sekali menghabiskan waktu untuk meraih kebahagiaan di akhirat untuk selama-lamanya. Banyak Muslim yang tertipu oleh gemerlapnya dunia yang fatamorgana ini, sembari melupakan akhirat yang sebetulnya nyata bagi siapa saja yang punya iman dan takwa.

Singkatnya, kecintaan terhadap dunia dan kesibukan dengan dunia telah melupakan dan memalingkan manusia dari menaati Allah SWT dan penyembahan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya penyembahan. Padahal Allah SWT telah mengingatkan manusia dengan firman-Nya: Ketahuilah bahwa harta-hartakalian dan anak-anak kalian itu hanya cobaan. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar(TQSal-Anfal [8]: 28).

Rasulullah SAW pun telah menggambarkan dunia melalui sabdanya, “Aku sama sekali (tidak memiliki keakraban) dengan dunia. Perumpamaanku dengan dunia adalah bagaikan seseorang yang ada di dalam perjalanan; dia beristirahat di bawah sebuah pohon rindang, lalu dia pergi dan meninggalkannya.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim).

Karena itu beliau pun bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau seorang pengembara.” (HR al-Bukhari).

Selain itu, tentang perbandingan kehidupan dunia dan akhirat, Allah SWT sudah mengingatkan melalui firman-Nya: Allah bertanya, “Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. Tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, “Kalian tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja jika saja kalian tahu.” (TQS al-Mu’minun [23]: 112-114).
Allah SWT pun berfirman: Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara. Akhirat itulah sesungguhnya yang kekal (TQS al-Mu’min [23]: 39).
Allah SWT menegaskan: Tiadalah kehidupan dunia ini selain main-main dan senda-gurau belaka. Sungguh negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (TQS al-An’am [6]: 32).
Allah SWT juga menegaskan: Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (TQS al-Hadid [57]: 20).
Dengan banyaknya peringatan Allah SWT, sudah seharusnya setiap Muslim menyadari dan selalu mengingat-ingat hakikat kehidupan dunia dan akhirat ini. Hanya dengan itulah dia akan selalu berorientasi ke akhirat tanpa harus melupakan bagiannya di dunia. Terkait itu, Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Anas bin Malik ra: “Siapa saja yang menjadikan akhirat sebagai misi (orientasi)-nya, Allah pasti akan memuaskan hatinya; mengumpulkan apa yang masih tercerai; dan memberikan kepada dirinya dunia yang siap melayaninya. Namun, siapa saja yang menjadikan dunia sebagai misi (orientasi)-nya, Allah pasti menjadikan kemiskinan di antara kedua matanya; mencerai-beraikan apa yang terkumpul; dan tidak memberikan kepada dirinya dunia, kecuali apa yang telah ditetapkan untuk dirinya.” (HR at-Tirmidzi).

Imam Ibnu al-Qayyim berkata, “Jika seorang hamba pada waktu pagi dan sore tidak memiliki misi lain selain untuk Allah semata, Allah SWT pasti akan menanggung seluruh kebutuhannya dan mememenuhi semua keinginannya. Dengan itu ia mengosongkan hatinya hanya untuk mencintai-Nya, lisannya untuk selalu mengingat-Nya dan anggota tubuhnya untuk senantiasa menaati-Nya. Jika seorang hamba pada waktu pagi dan sore, sementara dunia sebagai misinya, Allah SWT pasti akan membebani dirinya dengan keprihatinan, kesedihan dan kesulitan. Bahkan Allah berlepas diri dari dirinya.”

Dengan selalu berorientasi ke akhirat, sesungguhnya kita akan meraih keuntungan ganda, sebagaimana firman Allah SWT: 
Siapa saja yang menghendaki keuntungan di akhirat, Kami akan menambah keuntungan itu bagi dirinya. Siapa saja yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami akan memberikan sebagian dari keuntungan itu dunia, sementara tak ada sedikit pun bagian untuk dirinya di akhirat (TQS asy-Syura [42]: 20).
Pastilah kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya (TQS al-Isra [17]: 21).
Sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik dan itulah tempat terbaik bagi orang yang bertakwa (TQS an-Nahl [16] 30).

Alhasil, janganlah kita mengabaikan negeri keabadian. Itulah akhirat yang justru sering terlupakan.

WalLahu a’lam. [] abi
Posting Komentar

Posting Komentar