Tuhan Tidak Iseng

1. Apa jadinya jika suatu hari Anda tersesat di sebuah pedalaman Papua, bersama ratusan penduduk suku Asmat di bawah rumai Onai mereka. Rumah berbentuk seperti rumah eskimo, namun terbuat dari jerami.
2. Atau suku lain di pedalaman yang benar-benar tidak tersentuh oleh peradaban. Yang cahaya mataharinya hanya bisa masuk melalui sela-sela rimbunan dedaunan. Yang jika panas tak menyengat, jika hujan pun tak terasa lebat. Karena seluruh kehidupan mereka tertutup oleh dedaunan yang rapat.
3. Tidak ada teknologi canggih di pedalaman itu. Tidak ada sinyal hotspot, 3G, GPRS, bahkan sinyal selular pun tidak ada. Bahkan, perangkat-perangkat canggih Anda mungkin hanya mampu bertahan dua sampai tiga hari. Karena setelah baterainya habis, Anda tidak tahu kemana harus mengisi ulang baterainya. Ya, jangankan sinyal 3G, listrik saja tidak akan Anda temui di sana.
4. Bagi kita yang terbiasa hidup dengan berbagai gadget yang praktis, agaknya akan sangat tersiksa jika hidup di tempat seperti itu. Terutama bagi yang sudah kecanduan sosmed
5. Tapi di tengah segala keterpencilan dan keterbelakangan teknologi itu, di antara rumah-rumah dari jerami itu, tiba-tiba Anda melihat sebuah bangunan megah dan berkilau. Di atapnya terpasang panel tenaga surya, sehingga Anda bisa mrngaktifkan semua gadget Anda. Di dalamnya ada fasilitas komunikasi yang mampu meghubungkan Anda dengan keluarga dari galaksi lain, jika Anda punya keluarga di sana.
6. Semua alat dalam ruangan itu bekerja dengan teknologi tingkat tinggi. Ada TV yang channelnya bisa Anda ganti-ganti hanya dengan mengedipkan mata. Pintu masuk ke kamar mandi menggunakan sensor retina mata. Dan klosetnya bisa menyiram air otomatis hanya dengan Anda mengucapkan kata 'Siram!'
7. Dan perlu diingat kembali, bangunan berteknologi canggih itu berada di antara bangunan-bangunan lain yang sangat sederhana, kuno, dalam masyarakat yang terbelakang. Nah, ketika melihat pemandangan kontras yang hampir mustahil itu, apa yang ada di pikiran Anda?
8. Setidaknya, ada dua kesimpulan yang mestinya kita dapat dari pemadangan kontras itu. Pertama, pemilik bangunan canggih itu pasti bukan warga pedalaman terpencil itu, karena semua orang di sana tinggal di rumai jerami dan tidak ada yang canggih. Kedua, orang yang mendirikan bangunan itu, tidak mungkin membuatnya karena iseng atau main-main. Pasti dia memiliki tujuan tertentu ketika membangunnya.
9. Mungkin, dia mendirikan bangunan canggih di pedalaman itu untuk penelitian sosiologis, atau koordinatnya paling tepat untuk pengamatan benda angkasa, atau bisa jadi ada misi terselubung yang tidak boleh diketahui publik, sehingga dia harus membuatnya di pedalaman terpencil. Apapun itu, pasti ada tujuan tertentu. Tidak mungkin iseng.
10. Sembilan paragraf sebelumnya hanyalah sebuah permisalan. Tidak benar-benar terjadi. Namun, kita bisa menemukan fakta lain dengan logika yang sama. Dalam skala yang lebih besar. Dan kesimpulan yang kita ambil dari permisalan tadi, harus kita terapkan pula pada kenyataan yang memiliki kesamaan logika dengan permisalan itu.
11. Mari kita perhatikan Galaksi Bima Sakti. Apa yang hebat dari galaksi tersebut? Tidak ada. Hanya kumpulan dari milyaran bintang yang berpijar. Tidak ada yang hebat di sana. Tidak ada udara. Tidak ada air. Tidak ada tumbuhan. Tidak ada hewan. Dan tentu saja, tidak ada manusia yang bisa hidup di dalamnya.
12. Siapa yang mau hidup di antara milyaran bintang panas yang berpijar? Jikapun mau, tidak ada yang bisa. Karena kondisinya terpencil, terbelakang, dan tidak ada 'teknologi' canggih di dalamnya. Kondisinya mirip dengan pedalaman terpencil yang kita bincangkan di awal tulisan ini.
13. Tapi sadarkah kita? Di antara milyaran bintang tanpa kehidupan itu, ada sebuah planet kecil berwarna biru, yang sepanjang tahun berputar mengelilingi sebuah bintang bernama matahari, yang dikitari oleh sebuah satelit kecil bernama bulan. Ya, planet itu bernama bumi.
14. Dan planet kecil itu, berbeda dengan milyaran planet dan bintang lain di galaksi bima sakti, bahkan dengan benda lain di seluruh angkasa. Planet itu khas, unik, dan ternyata sangat canggih.
15. Ada atmosfir yang terdiri dari kumpulan gas O3 (ozon) yang berfungsi menyaring benda angkasa apapun yang mencoba berkunjung ke bumi. Meteor, komet, asteroid, akan tergerus dan akhirnya habis sebelum sampai ke permukaan bumi. Bahkan, sinar matahari pun disaring sehingga menjadi cocok dengan penduduk bumi. Maka, bumi memiliki sistem proteksi. Maka, bumi adalah planet yang canggih.
16. Ada gravitasi yang menjaga semua penduduk bumi tetap berada di bumi, tidak melayang-layang ke planet lain. Dan uniknya, gravitasi di bumi tidak terlalu besar sehingga memberatkan massa benda-benda. Gravitasi bumi juga tidak terlalu kecil sehingga tidak mampu mempertahankan posisi benda-bendanya. Tidak, gravitasi bumi sangat cocok.untuk penghuninya. Maka bumi adalah planet yang canggih.
17. Ada cahaya dengan kadar yang cukup. Ada air. Ada oksigen (O2) yang cocok untuk sistem pernafasan semua makhluk hidup di bumi. Maka bumi adalah planet yang canggih.
18. Ya, bumi adalah sebuah benda canggih di kumpulan milyaran planet dan bintang tanpa kehidupan. Kondisi ini persis seperti bangunan canggih di pedalaman terpencil yang kita bincangkan di awal tulisan ini. Maka, kesimpulan kita untuk permisalan di awal, harus kita terapkan pada kenyataan yang baru kita bahas ini
19. Kesimpulan pertama, Yang membuat bumi sudah pasti bukan sesuatu atau seseorang yang tinggal di bumi ini, atau bahkan di padang angkasa ini. Sebab, semua yang ada di padang angkasa ini sangat 'tidak-canggih'. Tidak mungkin mampu membuat sebuah planet secanggih bumi.
20. Kesimpulan kedua, SIAPApun atau APApun yang menciptakan bumi ini, tidak mungkin membuatnya dengan iseng atau main-main. Pasti DIA memiliki tujuan khusus ketika menciptakan bumi yang canggih di antara sekawanan planet dan bintang yang 'tidak-canggih' ini. Pasti ada tujuan.
21. Jika bumi yang canggih ini diciptakan dengan tujuan tertentu, maka manusia yang ada di dalamnya, tentu juga diciptakan dengan tujuan pula, bukan untuk main-main.
22. Orang yang cerdas, adalah orang yang mengerti apa tujuan penciptaannya. Jika dia tidak mengerti tujuan penciptaannya, lalu untuk apa dia tetap hidup? Persis seperti mesin yang dibuat penciptanya untuk mencuci pakaian. Jika mesin itu tidak berjalan sesuai tujuan penciptaan, lebih baik dimusnahkan.
23. Sudah saatnya kita kembali merenungi tujuan penciptaan kita. "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembah kepadaKu." Begitu Allah menitahkan dalam kitabnya.
24. Sudah saatnya pula kita kembali pada tujuan penciptaan kita. Saatnyalah kita menjalani hidup kita sesuai dengan apa yang diinginkanNya. Bukan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
25. Lagipun, segala yang diinginkanNya, tidak akan menyusahkan kita. Bahkan, Dia mengatur segala kewajiban dan larangan untuk kita, sebenarnya hanya untuk keselamatan hidup kita. Hanya saja, kadang otak dangkal kita tidak memahaminya.
26. "Bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Allah maha mengetahui, dan kamu tidak mengetahuinya." (TQS. AL-Baqarag: 120)
27. Allah tidak menciptakan bumi dengan main-main. Allah tidak menciptakan manusia.untuk main-main.
28. Mari kembali pada tujuan penciptaan, yaitu: sepenuhnya mengabdi kepada Allah yang Mahatinggi. Menjalankan.segala yang diperintahNya, menjauhi segala yang dilarangNya. Dan itu semua, untuk kebaikan hidup kita. Karena Allah benar-benar mencintai kita.
The MoveTivator | abayabuhamzah.blogspot.com | facebook.com/kak.abay | twitter.com/abayabuhamzah.
Posting Komentar