"Orde" dan "Demokrasi"

"ORDE" dan "DEMOKRASI". Kata ORDE biasanya dipasangkan dengan kata tertentu seperti ORDE LAMA, ORDE BARU dan ORDE REFORMASI.

Tetapi ada kata "ORDE" yang memiliki
'makna dan pasangan' tersendiri.
"ORDE" yang berarti [(OR)-ang (DE)-kat] ini
sangat lekat dengan kehidupan koruptor, pejabat dan politisi.

Uniknya, setiap kali seorang koruptor menyebut "ORDE" ini
di hadapan hakim pengadilan tindak pidana korupsi,
maka yang mencak-mencak bereaksi
adalah para pejabat dan politisi…

Ramai-ramai mereka membantah dan mengingkari.
Seolah-olah "ORDE" adalah makhluk 'paling najis' di muka bumi.
Dan serunya lagi, --di situs internet, jejaring sosial dan televisi--
segera muncul photo sang "ORDE" berpose 'akrab' dengan
pejabat di lingkaran penguasa negeri.
Padahal sebelumnya, si pejabat alot ngotot bahwa soal "ORDE"
ia tidak tahu menahu dan tidak mengenali. Hi hi hi…

Mungkin akibat perasan yang terlanjur 'terlukai'
sang "ORDE" pun tak tahan untuk bernyanyi:

|| "ORDE" juga manusia | punya rasa punya hati | jangan kau
iris dengan pisau belati… ||
|| Sudah bukan rahasia | suap, hadiah, upeti | mengapa diri ini
engkau ingkari… ||

Dan diunggahlah photo penyulut emosi
kalangan 'elit' yang selalu sibuk memoles 'pencitraan diri'…

Bahkan ketika photo tersebut belum dipublikasi,
'Bos Penjualan Indonesia Inkorporasi'
sudah lebih dulu menggelar konferensi pers resmi.
Tampil 'marah besar' dan sempat lepas kendali.
Angka 1000 dan 2000 % pun dicomot jadi 'bumbu emosi'.
Sebab kata "bohong" saja dianggap belum cukup mewakili..!

***
Konon, "ORDE" adalah orang yang banyak membantu
'keperluan' pejabat dan politisi.
Sebaliknya, ia sendiri juga meraup keuntungan besar
dari jalinan 'koneksi khusus' ini.
Ia seakan 'berhak' menyandang status 'sakti'
selaku 'utusan' Presiden maupun 'utusan' Menteri.
Modus ini terbukti efektif untuk memuluskan praktek korupsi
dan suap-menyuap dalam proyek 'basah' yang ia backingi…

"Yach… Inilah DEMOKRASI: (DE)-ngan (MO)-dal (K)-oneksi,
(R)-ekayasakan (A)-ksi korup-(SI)..!!"

***
Sebenarnya "ORDE" merupakan 'kunci'
untuk menguak lebih jauh sampai ke 'puncak jaringan' dan
'pucuk pimpinan' mafia korupsi.
Dengan demikian, reputasi pemberantasan korupsi sesuai
atau --paling tidak-- mendekati harapan rakyat negeri.
Dan hal ini akan menandai
betapa MORALITAS serta KEADILAN dijunjung tinggi…
Namun sayang sekali…

"Inilah DEMOKRASI:
(DE)-mi (MO)-ralitas & (K)-eadilan (R)-akyat,
(A)-dalah (S)-ekedar (I)-lusi..!!"

***
Jadi… Bila para birokrat 'berjamaah' melakukan korupsi,
lalu menular --dari atas ke bawah-- melibatkan 'oknum-oknum'
yang semakin banyak lagi,
hingga membentuk bangunan raksasa 'piramida korupsi';
yach… Harus 'dimaklumi'…

"Inilah DEMOKRASI: (DEMO)-ralisasi biro-(KRASI)..!!"

***
Dan bila kemudian seluruh pilar Lembaga Tinggi
keropos digerogoti 'rayap-rayap' korupsi,
tentu ada yang 'peduli' mempertanyakan soal 'masa depan'
dan 'moralitas generasi'... Tetapi…
Mohon maaf, jika pilihannya tetap DEMOKRASI,
maka inilah yang akan terus terjadi.
Sebuah 'kewajaran' dari proses 'waris-mewarisi'…

"Inilah DEMOKRASI:
(DE)-kadensi (MO)-ral (K)-onsekuensi (R)-utin
(A)-ntar genera-(SI)..!!"

Mengapa? Karena…

"Inilah hakekat dan fakta DEMOKRASI:
(DEMO)-ralisasi, (K)-ebobrokan, (RA)-cun dan ilu-(SI)..!!"
… … …

Kini, siapa lagi, yang masih sudi
memuji, memuja dan menjadi 'ahli waris' DEMOKRASI..?!!


"Iman dan Taqwa" adalah jati diri bangsa.
"Baldatun thayyibatun waRabbun Ghafuur" adalah jati diri negara.
(Negara yang baik berwibawa, penuh ampunan Allah .Azza waJalla)…

------------------------------->
[ka]
Posting Komentar

Posting Komentar