Komparasi Pemberdayaan Pemuda dalam Sistem Kapitalisme vs Sistem Islam
Oleh : Suwida Tahir
Pemuda adalah asset suatu bangsa, pemuda merupakan penentu suatu peradaban. Saat ini dunia didominasi para pemuda. Besarnya persentase usia muda sesungguhnya akan menjadi kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang sanggup mengantarkan suatu negara menjadi kuat dan memimpin dunia. Semuanya tergantung bagaimana suatu Negara memberdayakan potensi ini dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan.
Kondisi dunia yang sedang krisis akibat Kebangkrutan kapitalisme global bukan fakta yang diperdebatkan lagi.Resesi global yang mengindikasikan lumpuhnya sektor non riil ekonomi Kapitalistik, memaksa Barat untuk menguatkan ekonomi riilnya melalui perdagangan bebas.
Padahal, benarkah pertumbuhan ekonomi menjadi indikator yang benar dalam mengukur kesejehteraan? Pertumbuhan Cina dan India berjalan sangat pesat. Bahkan diramalkan oleh Investment Bank AS Goldman Sachsbahwa kedua negara ini akan menjadi super power pada tahun 2030. Namun, menurut statistik yang dikeluarkan World hunger Index (PBB) Oktober 2010 masih terlalu banyak penduduk Cina dan India dalam keadaan miskin dan kelaparan. Di Cina kesenjangan pendapatan antar penduduk yang tinggal di kota dan petani sangat besar. Perbedaan rata-rata pendapatan antar petani dan pekerja di kota diperkirakan 1:5. Jelas, dengan mengkambing hitamkan kepentingan nasional, penguasa negri ini mengamputasi peran strategis pemuda sebatas pemenuhan pasar tenagakerja yang menguntungkan para kapital. Bakti pemuda dan generasi untuk negri ini ternyata hanya bermuara pada keuntungan ekonomi, politik dan sosial segelintir kepentingan.
Kebijakan pemberdayaan pemuda hanya menempatkan pemuda yang merupakan generasi masa depan negeri ini terjebak dalam arus pasar tenaga kerja dan mesin penyelamat krisis global. Hal ini telah melahirkan pemuda-pemuda ‘cuek’ dan ‘enjoy’ terhadap kerusakan yang terjadi di lingkungan sekitarnya selama tidak bersinggungan dengan kepentingan dan kebutuhan dirinya. Sebagaimana hasil survey Transparency International Indonesia (TII) ""Youth Integrity Survey"" untuk mengetahui tingkat kepedulian anak muda terhadap praktik korupsi. 60% pemuda Ibu Kota 'cuek' pada korupsi, 40% anak muda beralasan kasus itu bukan urusannya.
Peran aktif pemuda yang ditopang dengan sistem pendidikan pro pasar, melalui perluasan memperoleh peluang kerja sesuai keahlian yang dimiliki pemuda pada (sebagaimana dalam UU kepemudaan Pasal 8 ayat 1 (c)),hanya akan melahirkan Pemuda yang berpandangan bahwa pemberdayaan potensi pemuda datang melalui pekerjaan. Pemuda tidak akan menyadari perannya dalam pasar tenaga kerja sebagai mesin produksi ekonomi riil hanya di skala mikro – menengah, namun barat tetap memonopoli akses SDAE. Pemuda tidak bisa melihat keterkaitan antara penguasaan SDAE oleh swasta asing maupun lokal dengan buruknya kondisi ekonomi mereka.
Sungguh ironis dalam system kapitalisme ini, Kebijakan pemberdayaan pemuda hanya menempatkan pemuda dan masa depannya semakin terjebak dalam arus pasar tenaga kerja dan sebagai tumbal keserakahan kapitalisme global keprihatinan terhadap apa yang terjadi ditengah generasi muda ini. “Di zaman sekuler ini, potensi pemuda di bajak. Pemuda hari ini diarahkan untuk tidak memikirkan masyarakat yang rusak. Potensinya dialihkan untuk menikmati produk produk barat..
Apakah kita rela menjadi pemuda yang hanya diarahkan untuk larut dalam dunia kerja dan menjadi tumbal keserakahan kapitalisme global?
Sekiranya perkara ini tidak dibendung maka akan selamanya namapak teroerangkap dalam lembah kehinaaan adan kerendahan...coba kita fikirka..Padahal Ideologi Islam yang diterapkan dalam negara Khilafah yang memiliki visi politik untuk menjadi negara kuat dan terdepan telah memiliki langkah strategis termasuk dalam pemberdayaan kaum muda. Kaum muda dalam negara Khilafah merupakan aset berharga,. Sesungguhnya khilafah benar-benar memahami bahwa pemuda adalah usia yang diamanahkan ALLAH SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai Allah menanyakan empat hal: umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; MASA MUDANYA, bagaimana dia menggunakannya; hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskan; dan ilmunya, apakah dia amalkan atau tidak.” (HR Tirmidzi). Karena itu kebijakan pemberdayaan pemuda sesungguhnya juga akan dipertanggunjawabkan kepada ALLAH SWT. khilafah dengan kesempurnaan aturannya akan mampu membentuk pemuda sebagai sosok dambaan umat, shaleh secara pribadi dan visioner memimpin peradaban dengan penguasaan ilmu dan teknologi.
Sejarah telah membuktikkan bahwa Islam telah melahirkan sosok-sosok visioner, Mushab bin Umair , Muadz bin Jabal, Muhammad Al Fatih, Imam Abu Hanifah , Imam Malik ,Imam Syafi'i ,dan Imam Ahmad bin Hanbal, Demikian pula para intelektual muda yang membawa kekhilafahan melesat menjadi negara berperadaban maju, Diantaranya : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika;; Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern, dll. Sosok-sosok ini merupakan bukti keberhasilan islam mulai dari masa rasulullah hingga kekhilafahan ustmaniyah telah mencetak dan memberdayakn pemuda visioner dengan karya-karya besar untuk peradaban dunia hingga masa modern ini. ....
Dikala sebagian orang mengabaikan bisyarah Rasul akan janji takluknya konstantinopel, Al Fatih yang saat itu masih berusia 23 tahun justru sangat yakin dengan janji tersebut. "Rahasia Al Fatih adalah Ia mampu melihat apa yang tak bisa dilihat oleh mata. Ia sangat percaya bahwa janji Rasul pasti benar meskipun kelihatannya tak mungkin,"
Semangat dan keyakinan tersebutlah yang mestinya dimiliki oleh para pemuda Muslim hari ini. Sebagaimana yang diketahui, masih ada janji Rasul yang lain, yakni takluknya Kota Roma dibawah Negara Khilafah."Walau banyak yang menyatakan tak mungkin, tapi seorang Muslim harus yakin.Jangan seperti orang Yahudi yang meremehkan Rasul ketika menyampaikan bisyarahnya".
Akan tetapi, dalam perjuangan tersebut, pemuda harus mencontoh perjuangan generasi terdahulu.karena kunci keberhasilan dalam memperjuangakan Islam yang dilakukan generasi terdahulu adalah ketakwaan. Pemuda harus menempa diri. "Kita harus memantaskan diri untuk membangkitkan kembali Kaum Muslimin".
Demikianlah mekanisme penjagaan system khilafah atas pemuda. Sungguh kita para pemuda merindukan pengayoman yang sempurna dari negara ini, dan hal itu bisa terwujud ketika negara ini mengadopsi syariat islam mengatur seluruh sendi kehidupan ini, tentu saja dalam naungan daulah khilafah islamiyah.
Posting Komentar