Mbah Samidi, Kisah Tukang Becak Berakhir Tragis Akibat Kapitalis
Innalillahi wainailaihi rojiun, tragis betul nasib Mbah Samidi, 60 tahun, tukang becak di kota lama Semarang ini, di Senin pagi (23/12) yang dingin dia didapati meninggal akibat keracunan nasi basi. Dia nekad menyantap nasib tak layak konsumsi itu karena tidak punya uang untuk beli makan. Dia meregang nyawa di dekat becak yang jadi gantungan hidupnya. jasadnya berkalang tanah, tepat di bawah spanduk seorang caleg perlente yang pasti berjanji pro rakyat kecil.
Menurut kesaksian rekan seprofesinya seperti yang dishare di group Fesbuker Indonesia, Mbah Samidi tidak pernah terbersit sedikit pun niat untuk mencuri uang receh, sekadar untuk beli nasi murahan di warung kucing agar perut kempisnya bisa terisi.
Keteguhan sikap rakyat jelata yang harus ditebusnya dengan nyawa. Betapa mulia dia dibanding pejabat, anggota DPR, kepala daerah, para penguasa lainnya yang kaya raya, duduk di kursi empuk, makan enak, berdasi mahal, pelesir ke mana-mana, setiap saat menghitung laba, dan mengaku mendapat amanah jadi pemimpin, tapi rakusnya tak terkira saat menggarong duit rakyat.
Berita duka kepergian Mbah Samidi yang dishare di situs social media Facebook itu, seketika mengundang simpati dan rasa duka yang mendalam dari para penggiat social media Facebook khususnya yang bergabung dalam Fesbuker Indonesia. “Innalillahi wa'innailahi rojiun, potret anak bangsa yang teguh dengan pendirian dan jujur meski harus meregang nyawa. Semoga engkau diterima disisi Allah Subhanawata'ala,” tulis Arina Noerwijd di laman facebook kini beranggotakan 61751 akun itu (25/12).
Penggiat social media Facebook lainnya bernama A.g. Eka Putra menulis komentar : “Walaupun Mbah Samidi kurang mendapat tempat yg layak di dunia Insya Allah dia akan mendapat tempat yang layak dan mulia disisiNya, tidak seperti para koruptor yang pasti akan mendapatkan azab di akhirat kelak. Bagaimanapun juga mbah Samidi lebih mulia dari para koruptor. Innalillahi wainnailahi roji'un,”
Sementara aktivis lingkungan asal Lamongan yang juga moderator group Facebook Himpunan Pemimpinan Indonesia, Gus Hafidh, menulis komentar." Hanya bisa istighfar dan istighfar. Mampukah kita nanti menghadap kepada Allah dengan tanpa beban? Utamanya yang membawa wewenang agama dan pemerintah ? Inilah yang lebih subtansial untuk kita ingatkan pada seluruh bangsa Indonesia. Bahwa hal-hal yang lebih riil dan subtansial, malah terlupakan. Astaghfirullaahal 'adhiim,"
Ungkapan serupa juga disampaikan Reza Kaka.“Turut berduka cita utk Mbah samidi.untuk keluarga yang di tinggalkan tetap tabah, hanya Allah SWT yang akan balas amal kebaikan Mbah Samidi. Bukan cuma Mbah Samidi saja yang tragis seperti itu, masih banyak rakyat NKRI yang tidak mampu, yg dijadikan sapi perah oleh para pejabat di Indonesia. Kasihan rakyat NKRI ini,”tulisnya di group facebook terbesar di Indonesia itu.(Marwan Azis). []ISLAMICGEO/gerilya-dakwah.blogspot.com
Posting Komentar