Keutamaan Laa Ilaaha Illallah, “Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah”

Keutamaan Laa Ilaaha Illallah, “Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah”
LAA ilaa ha illallah merupakan suatu lafadz yang menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah. Inilah yang merupakan keyakinan umat Islam. Biasanya kita hanya bisa mengucapkan saja lafadz tersebut tanpa di resapi maknanya. Padahal dalam lafadz itu terdapat keutamaan-keutamaan tertentu yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya.

Al-Faqih berkata: “Abul Qasim Abdur Rahman bin Muhammad menceritakan kepada kami, Faris bin Marduwaih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al Fadl menceritakan kepada kami, Ya’al bin Abid menceritakan kepada kami, Al Ifrigi menceritakan kepada kami dari Abu Abdur Rahman dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra., di mana ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

‘Nanti pada hari kiamat ada seseorang yang didatangkan ke timbangan amal, lalu dikeluarkan baginya 99 bendel, di mana setiap bendel berisi catatan kesalahan dan dosanya sejauh mata memandang, lantas diletakkan di salah satu daun timbangan; kemudian dikeluarkan satu kertas selebar ujung jari yang padanya tertulis sesuatu persaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, lalu diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka lembaran kertas yang kecil itu menghapus dosa-dosanya’.”

Al Faqih berkata: “Muhmmad bin Al Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami dari Umar dan pelayan Al Muthalib darii Al Muthalib bin Hathab, bahwasanya Nabi saw. bersabda, ‘Seutama-utama apa yang aku baca dan dibaca oleh nabi-nabi sebelum aku adalah: Laa ilaaha illallah’.”

Al Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepada kami, Abdullah bin Hibban menceritakan kepada kami, Abu Ja’far menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Abdullah Al Munadi Al Baghdadi, Ibrahim bin Hadabah menceritakan kepada kami dari Anas bin Malik ra., di mana ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

“Malaikat Jibri as. datang kepadaku dengan membacakan ayat {“Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap kehadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa,” (QS. Ibrahim: 48).} Nabi saw. lalu bertanya: ‘Wahai Jibril, bagaimana keadaan manusia nanti pada hari kiamat?’ Jibril menjawab: ‘Wahai Muhammad, mereka berada di atas bumi yang putih yang belum pernah ada orang yang berbuat dosa di sana. Ketika terdengar suara Jahannam menggelegar satu kali, maka malaikat berpegang pada ‘Arasy, dan setiap malaikat berkata: Wahai Tuhan, saya tidak memohon kepada-Mu kecuali (keselamatan) diriku. Gunung-gunung (waktu itu) seperti bulu yang dihambur-hamburkan.’ Nabi saw. bertanya: ‘Wahai Jibril, apakah yang dimaksud dengan bulu yang dihambur-hamburkan?’ Jibril menjawab: ‘Bulu yang dicabut dan dihambur-hamburkan dan gunung menjadi cair karena takut Jahannam. Wahai Muhammad, nanti pada hari kiamat, Jahannam itu didatangkan sambil menggelegar suaranya satu kali yang dipegangi oleh 70.000 malaikat dengan tali kekangnya, hingga berhenti di hadapan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung. Allah berfirman kepadanya: “Wahai Jahannam, bicaralah kamu.” Jahannam berkata: “Laa ilaaha illallah, demi kemuliaan dan kebesaran-Mu, sungguh hari ini saya akan menyiksa orang yang telah memakan rezeki-Mu dan menyembah kepada selain Engkau. Tidak akan bisa melewati saya siapa yang tidak mempunyai surat izin.” Nabi bertanya: ‘Apakah surat izin nanti pada hari kiamat?’ Jibril menjawab: ‘Wahai Muhammad, terimalah berita gembira, sesungguhnya umatmu telah mempunyai surat izin untuk hari kiamat itu. Ingatlah, orang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah itu akan melewati titian Jahannam dengan selamat.’ Nabi saw. bersabda, ‘Segala puji bagi Allah yang telah memberikan ilham bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah’.”

Diriwayatkan dari ‘Atha bin Rabah, di mana ia bertanya kepada Ibnu Abbas ra. mengenai firman Allah yang berbunyi: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat dan keras hukuman-Nya,” (QS. Al-Mu’minun: 3).

Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Allah hanya mengampuni dosa orang yang mengucapkan: Laa ilaaha illallah, menerima taubat orang yang mengucapkan: Laa ilaaha illallah, dan menyiksa dengan keras kepada orang yang tidak mengucapkan: Laa ilaaha illallah.

BERSAMBUNG
Posting Komentar

Posting Komentar