NKRI Bersyariah, Partai Islam dan Pemilu 2014
NKRI Bersyariah. Inilah yang sedang digagas oleh para politikus muslim di Indonesia. Di tengah-tengah polemik dan berbagai kasus politik, para politikus muslim itu berupaya mengambil jalan baru. Yang sebenarnya adalah lagu lama, karena memang judul berbeda tetapi isinya tetap sama. Gagasan NKRI Bersyariah dimotori oleh Forum Umat Islam yang mengajak sertai partai-partai islam untuk mendeklarasikan NKRI Bersyariah.
Partai PKS dan PBB, yang memiliki kader yang konsisten dalam perjuangan islam, mungkin adalah yang paling getol menyuarakan syariah. Meskipun suara syariah yang diserukan tak pernah dibuka secara lebar-lebar kepada publik. Sementara PKB dan PPP, yang kuat pada akar rumput masyarakat bertradisi Nahdlatul Ulama, hanya mengupayakan gagasan moral dan akhlaq semata. Melihat track record yang selama ini dilakukan.
Isu ini semakin gencar dilakukan menjelang Pemilu 2014. NKRI Bersyariah, seperti memagari NKRI dalam lingkup syariah. Padahal, Pancasila dan UUD 1945, saat ini adalah barang sakral yang tak mungkin diamandemen begitu mudahnya dengan suara mayoritas di Parlemen. Mengingat, kesadaran masyarakat Indonesia secara mayoritas, belum terlalu bisa menerima perubahan Negara Nasionalisme itu berbalut syariah. Sebenarnya NKRI Bersyariah adalah bentuk pesimis perjuangan kaum muslim. Apalagi suara perjuangan menuju Khilafah, sepertinya tak terfokus pada itu lagi.
Mengusung Capres Syariah
Kita perlu belajar banyak dari kegagalan Ikhwanul Muslimin di Mesir, FIS di Aljazair, dan Hamas di Palestina dalam upaya pelegalan syariah secara kaffah. Contoh paling mutakhir adalah kegagalan Morsi dalam menduduki jabatan Presiden Mesir. Morsi yang didukung IM dan Partai An-Nur, semula mendapatkan dukungan luar biasa dari intra parlemen. Namun, Amerika dan Barat mengatur sedemikian rupa strategi yang matang, tatkala mereka tak menemukan kesepakatan dalam pemerintahan Morsi. Alhasil, Melalui tangan militer, Amerika dan Barat menggulingkan kekuasaan yang sah.
Di Indonesia, mengusung capres Syariah tentu harusnya banyak belajar dari 3 negara tersebut. Mengingat, 4 Pilar Negara Indonesia sangat bertentangan dengan upaya pengusungan syariah. Maklum, landasan Negara adalah UUD 1945 dan Pancasila, bukanlah Al-Quran dan As-Sunnah. Platform NKRI Bersyariah yang diusung, hanya sekedar pepesan kosong belaka. Apalagi pengusungan Capres Bersyariah hanyalah gagasan untuk menyemarakkan Politik 2014. Perlu disadari, Demokrasi dan Pemilunya membutuhkan dana yang besar. Maka, saya kira di parlemen nanti, harapan membangun NKRI Bersyariah, akan terlupakan guna mengembalikan modal dan bersaing dengan Partai Nasionalis.
Bahkan menurut saya, Definisi Partai Sekuler, bukan saja dimiliki Partai Nasionalis, tetapi Partai Islam juga. Bagaimana tidak, platform partai hanya sebatas kumpulan orang-orang beragama islam, tetapi penerapan partai berbasis islam justru tak ada. Salah satunya, seluruh partai islam pemilu hari ini, memiliki caleg non-muslim. Bagaimana mungkin, menyuarakan syariah, sementara partai islamnya sendiri tak bernafaskan islam. Bahkan, diantara partai islam pun, terkadang asal comot caleg asal mampu memenuhi pendanaan dan suara partai. Tapi tidak memikirkan apakah suara caleg tersebut sesuai dengan arah dan tujuan partai.
Pemilu 2014 adalah Jebakan Demokrasi
Pada akhirnya muara dari opini NKRI Bersyariah ini adalah keikut-sertaan para aktivis dan politikus muslim di kancah Pesta Demokrasi yaitu Pemilu 2014. Disinilah ide NKRI Bersyariah dan ketegasan Partai Islam dipertaruhkan. Apakah kembali gagal? Kalau semata-mata hanya mengejar kekuasaan dan menguasai parlemen tentu akan berujung kegagalan.
Sementara itu, seharusnya para aktivis partai islam sadar bahwa hari ini, keikut-sertaan mereka dalam pemilu 2014 adalah upaya jebakan Demokrasi. Demokrasi memang menawarkan, silakan siapa pun boleh bersuara dan menyuarakan aspirasinya. Tapi sekali lagi, Demokrasi tidak pernah berjalan seiringan dengan Islam, dan pada satu titik nantinya Demokrasi akan menggulingkan mereka yang berada di dalam areanya yang coba-coba mengusik kenyamanan mereka.
Harusnya partai islam lebih terjun untuk penyadaran kepada ummat, bahwa kebobrokan sistem hari inilah yang menyebabkan kegagalan di negeri ini. Selain itu, kesadaran yang dibangun adalah kesadaran islam ideologis. Dimana hari ini, kita tak sekedar mengganti rezim, tetapi sistem yang berlaku. Menyadarkan para elite, pemegang kepentingan militer dan media massa lebih utama daripada mengusung platform NKRI Bersyariah yang sebenarnya adalah penggiringan dalam Jebakan Demokrasi.
Rizqi Awal
Pengamat Politik Lembaga Analisis Politik Indonesia/Ketua BE BKLDK Nasional
Posting Komentar