Berhati-hatilah Saat Membuat Status

Berhati-hatilah Saat Membuat Status
Ilustrasi : Internet dan Status
Perkembangan teknologi yang semakin pesat adalah salah satu bukti dari berkembangnya peradaban manusia. Terlepas dari sisi positif dan negatif yang juga menyertai perjalanannya. Adapun jejaring sosial adalah satu di antara banyak hasil teknologi yang perkembangannya begitu melesat, termasuk di Indonesia.

Maraknya penggunaan jejaring sosial, memang menjadi sebuah arus yang tidak bisa dibendung lagi keberadaannya. Siapapun mereka, bisa memanfaatkan fasilitas dunia maya ini sesukanya. Mereka juga bebas mengeluarkan pendapat, komentar, kritikan bahkan curhatan termasuk meng-upload berbagai foto dan gambar dan membagikannya kepada orang lain. Siapa pun bisa melihatnya. Keluh kesah seseorang saja bisa menjadi trending topic se-Indonesia.

Salah satu fenomena yang cukup ramai beberapa waktu lalu adalah terkait keluhan seorang mahasiswi di akun Path-nya tentang kondisi KRL jurusan Jakarta. Angkutan umum yang selalu penuh di pagi hari ini, tentunya mengharuskan dia untuk datang lebih pagi agar dapat jatah kursi di kereta. Tapi sayangnya, kursi yang susah payah didapatkannya ini harus dia relakan pada seorang ibu hamil yang akan berangkat bekerja. Jadilah dia mengeluarkan semua kekesalannya tentang ibu hamil tersebut di Path, dan berhasil mengundang reaksi orang untuk ‘mem-bully-nya’. Dia dikatakan tidak memiliki empati pada ibu hamil dan berbagai cemoohan lainnya. Akhirnya dia pun meminta maaf atas statement-nya, namun kasus ini tetap saja terlanjur membuatnya terkenal seketika.

Dari sini ada beberapa hal yang bisa kita perdalam dan ambil hikmahnya. Pertama, tentang bagaimana pentingnya kita untuk selektif membuat status di media sosial. Kedua, kita juga penting mengkritisi terkait sarana transportasi yang ada. Ketiga, tentang fenomena wanita bekerja. Keempat, pentingnya memupuk rasa empati kita terhadap orang lain.

Terkait status di media sosial, kita memang harus berhati-hati. Lebih baik tidak berkeluh kesah di media sosial, apalagi terkait masalah yang bisa menimbulkan kontroversi. Jika ingin curhat, lebih baik ke sarana lain, buku diary misalnya, atau kepada teman maupun keluarga yang bisa memberikan solusi dan masukan terkait masalah kita.

Jika pun memang ingin mengkritik, seharusnya yang menjadi sasaran kritik bukanlah ibu hamil tersebut, tapi sarana transportasi yang memang belum memadai untuk membuat penumpang nyaman padahal semuanya memiliki hak yang sama. Bukankah kita sudah membayar? Kritik yang disampaikan secara positif, bisa menjadi upaya untuk mengingatkan penguasa akan kondisi masyarakat yang memang masih jauh dari ideal. Dan semoga akan menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik ke depannya.

Adapun mengenai fenomena wanita bekerja, ini juga menjadi hal yang miris. Wanita hamil sampai harus memaksakan diri berjuang demi mendapatkan uang, padahal hukum wanita bekerja itu sendiri adalah mubah. Jika suami memang dirasa cukup menafkahi, wanita tinggal fokus untuk mempersiapkan dan mendidik anak agar menjadi generasi yang berkualitas. Itulah tugas seorang ibu.

Lalu, jika dikaitkan dengan masalah emansipasi wanita, kasus ini juga harusnya bisa membuka mata, bahwa memang wanita dan laki-laki diciptakan berbeda baik secara fisik maupun psikis. Mereka tidak bisa disetarakan. Secara fisik wanita memang lebih lemah daripada laki-laki, apalagi dalam kondisi hamil. Jika memaksakan untuk setara, harusnya tidak perlu minta diistimewakan, termasuk di dalam kereta.

Dan terakhir, rasa empati dan simpati di masyarakat saat ini memang mulai tergerus. Lingkungan memaksa mereka menjadi individualis, egois dan tidak peduli pada sekitar. Mereka sibuk mementingkan dirinya sendiri padahal di luar sana banyak sekali saudara kita yang lebih membutuhkan. Mereka yang belum tersentuh nilai-nilai Islam, kewajiban kita lah untuk menyampaikan kepada mereka akan ajaran Islam yang indah dan mulia.

Jadi, mari mulai untuk memperbaiki diri dan lebih peduli berkontribusi dalam menyadarkan umat. Mengingatkan mereka dengan cara yang baik. Dan yang terpenting senantiasa memupuk ilmu sebagai bekal di dunia dan akhirat. Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang dicintai Allah SWT. Aamiin…

Wallahu’alam.

(fauziya/muslimahzone.com/gerilyadakwah)
Posting Komentar

Posting Komentar