Bisakah Jenderal al Sisi Menghabisi Ikhwan?

Bisakah Jenderal al Sisi Menghabisi Ikhwan?
Oleh: Farid Wadjdi (DPP HTI) Kebencian jenderal as Sisi terhadap Ikhwan tampak jelas. Mantan panglima militer Mesir dan calon presiden Abdeh Fattah al-Sisi bersumpah melenyapkan Ikhwanul Muslimin dari negara itu jika dia terpilih sebagai presiden dalam pemilu mendatang.

Pemimpin kudeta Mesir itu, dalam wawancara televisi pertamanya menjelang kampanye pilpres, menegaskan, Ikhwan ‘tidak akan ada lagi’ jika dia mengambil alih kekuasaan. Wawancara ini dilakukan bersama oleh dua jaringan televisi swasta – CBC dan OnTV.

“Saya ingin katakan kepada anda bahwa bukan saya yang melenyapkan (IM). Andalah, rakyat Mesir, yang melakukannya,”ujar Sisi. Ketika ditanya lebih lanjut apakah kelompok itu akan dilenyapkan, dia menjawab ‘Ya, itu benar.’

Bukan untuk pertama kali ini saja hubungan militer Mesir dan Ikhwan memburuk. Di masa Gamel Abdul Nasser, beberapa petinggi dan tokoh Ikhwan dihukum mati. Tekanan keras terus berlanjut di era pemimpin militer berikutnya Anwar Sadat, Husni Mubarak, hingga sekarang.

Ideologi Ikhwan yang berakar dari Islam berseberangan dengan militer yang memegang ketat doktrin sukuler nasionalisme. Ikhwan dituding ingin menerapkan syariah Islam dan negara Islam di Mesir. Sesuatu yang dianggap mengancam sekulerisme Mesir dan mengkhawatirkan negara-negara Barat.

Dalam posisi seperti itu, Barat menjadikan elit-elit militer Mesir, menjadi penjaga kepentingan Barat di Timur Tengah termasuk Mesir. Diantara kepentingan Barat yang vital di Timur Tengah adalah mencegah munculnya ancaman Islam, berupa tegaknya Daulah Islam dan menjaga eksistensi negara zionis Yahudi.

Tidak mengherankan untuk menjaga hubungan dengan militer Mesir, Amerikamemberikan bantuan rutin 1,3 milyar US dollar setiap tahunnya. Bantuan luar negeri terbesar Amerika yang kedua setelah Israel. Amerika juga mendidik elit militer Mesir. Terdapat 500 pejabat militer Mesir yang setiap tahunnya mendapat pendidikan militer di Amerika. Jenderal as Sisi sendiri merupakan alumni US Armi War College di Pennsylvania.

Mengingatkan pentingnya, posisi militer Mesir sebagai penjaga kepentingan Amerika, bisa dipahami Barat sepertinya tutup mata terhadap berbagai perlakukan keji Militer, terutama terhadap gerakan-gerakan Islam.
Hal ini tampak dari dukungan Amerika terhadap jenderal as Sisi, meskipun sang jenderal melakukan kudeta terhadap presiden Mesir Muhammad Mursi yang terpilih secara demokratis. Diperkirakan lebih dari 1000 pendukung Ikhwan terbunuh ketika militer membubarkan secara paksa aksi demontrasi pro Mursi.

Ratusan orang diperkirakan ditangkap, dipenjara, dan mengalami penyiksaan dalam penjara. Tidak hanya itu pengadilan Mesir yang dikontrol militer menjatuhkan hukuman mati massal ratusan pendukung Ikhwan, meskipun vonis ini belum final.

Menghabisi Ikhwan ?
Upaya Sisi untuk menghabisi Ikhwan bukanlah hal yang gampang. Bertahannya Ikhwan selama puluhan tahun meskipun dibawah rezim militer yang kejam, membuktikan hal itu. Paling tidak ada dua hal yang membuat Ikhwan tidak mudah dihabisi.

Pertama, gerakan Ikhwan dibangun berdasarkan ideologi Islam yang kuat oleh para pendirinya. Sementara ideologi yang terpancar dari aqidah Islam sesuatu yang tidak mudah untuk dikalahkan.

Kedua, ikhwan memiliki basis massa yang kuat. Kemenangan Ikhwan dalam pemilu demoktratis yang mungkin paling jujur dalam sejarah Mesir, meskipun tidak mutlak menunjukkan hal itu. Regenerasi ikhwan berlangsung dalam keluarga maupun sekolah dan kampus-kampus utama Mesir. Ditambah dengan aktifitas sosial yang kerap dilakukan Ikhwan, membuat kelompok ini diterima di masyarakat akar rumput (grassroots)
Walhasil, apakah jenderal as Sisi berhasil menghabisi ikhwan atau tidak tergantung kepada dua hal itu. Apakah Ikhwan kedepan masih kuat berpegang dengan ideologi Ikhwan yang berakar pada Islam. Dan apakah Ikhwan masih mendapatkan simpati masyarakat atau tidak.

Karena itu, Ikhwan harus mewaspadai politik adu domba dan pecah belah yang digunakan oleh militer Mesir, untuk menjauhkan rakyat dari Ikhwan. Baik menimbulkan konflik internal di tubuh Ikhwan atau sesame gerakan Islam.

Termasuk Ikhwan harus menahan diri untuk melakukan perlawanan bersenjata, yang akan menguatkan tudingan militer Mesir bahwa Ikhwan adalah teroris. Perjuangan politik adalah opsi yang terbaik untuk Ikhwan dengan tetap memang teguh ideologi Islam. (islampos.com;Sabtu 10 Rejab 1435 / 10 Mei 2014 14:32)
Posting Komentar

Posting Komentar